Ini prekuel dari blogpost sebelumnya.
Setiap saya traveling ke luar negeri, saya selalu penasaran apakah orang tahu tentang Indonesia. Negara-negara yang letaknya dekat dengan Indonesia pasti tahu, terutama sesama Asia dan orang asal Australia. Orang dari negara-negara Eropa paling tahu tentang Indonesia, karena budaya travel di sana memang mendarah daging sehingga tidak sedikit dari mereka yang sudah pernah ke Indonesia.
Sepanjang pengalaman saya, orang dari Amerika Utara sedikit yang tahu Indonesia, bahkan pengertiannya sering ngaco. “Indonesia yang dekat sama Bali!” atau “Saya tahu Indonesia, itu dekat Maladewa kan?” atau “Oh, saya pernah ke Jepang. Dekat kan?” Itu baru soal lokasi. Belum lagi cap yang ditempel sebagai “negara teroris” yang sungguh sangat mengganggu.
Bagaimana dengan orang dari benua Afrika dan Amerika Selatan? Karena letak kedua benua ini paling jauh dari Indonesia, rupanya satu sama lain merasa tidak penting. Ketika saya berada di Namibia atau di Ekuador dan mengatakan saya berasal dari Indonesia, sebagian orang sana akan mengernyitkan dahi sambil berkata (atau dengan nada bertanya), “Huh? Indonesia?”. Reaksinya mungkin akan sama seperti saya ketika bertemu orang yang berasal dari Angola atau Guyana. Selanjutnya akan berkomentar, “Wah, jauh banget!” – karena cuma itu yang mereka tahu. Jauh. Entah di mana.
Suatu sore saya berkenalan dengan seorang bapak-bapak di warung kopi di Cartagena, Kolombia. Ketika saya beritahu bahwa saya dari Indonesia, ia langsung membuka agendanya di halaman paling belakang. Rupanya beberapa halaman itu berisi peta dunia berwarna. Ternyata itu hanya peta Amerika Utara, Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan Eropa! Lah, ke mana benua Afrika dan Asia? Nggak penting ya?
Untungnya orang Amerika Selatan tidak menganggap Indonesia negara teroris. Tapi pengertian mereka tentang Indonesia adalah negara yang penuh dengan bencana alam, seperti gempa, gunung meletus, dan tsunami. Bahkan tsunami begitu “ngetopnya” sehingga sering menjadi top of mind orang Amerika Selatan ketika mendengar kata Indonesia. Rupanya berita media massa yang sampai di benua ini hanyalah tentang bencana alam karena begitu dahsyatnya. Kecuali beberapa orang tua yang saya temui, mereka mengenal Indonesia sebagai “Yang presidennya Sukarno ya?”
Saya merasa sangat bangga ketika berada di Brasil dan ditanya asal saya. Sebagian besar orang Brasil yang saya temui tahu Indonesia, bahkan saya merasa jadi “superstar” karena mereka cinta Indonesia. Rata-rata komentar mereka tentang Indonesia begini, “Wah, Indonesia adalah negara paling indah di dunia! Kalian punya pantai-pantai yang bagus dan ombaknya keren banget!”
Saya jadi bingung. Kalau ada peta dunia yang dibentangkan, Indonesia sangat kelihatan dari bentuknya. Ia hampir sebesar benua yang berada di antara Asia dan Australia. Kalau pulau-pulau Indonesia dijadikan magnet suvenir, bentuknya sudah tidak ada duanya pasti Indonesia meski tidak ada tulisannya. Tapi kata Yasmin, kita bisa dengan mudah mengenalinya karena kita orang Indonesia. Nah, masalahnya kalau ada piala yang ada gambar peta dunia, Indonesia pasti kelihatan, contohnya piala FIFA World Cup. Masa nggak ada yang tahu sih?
Yang lebih bingung lagi, dengan penduduk 246 juta atau nomor empat terbanyak di dunia, kok Indonesia “tidak kelihatan” ya? Apakah hanya karena lokasi yang jauh? Tapi di luar konteks traveling, jangan-jangan memang kita tidak mempunyai prestasi apapun sehingga tidak dikenal? Tidak ada perusahaan, budaya, artis, atlit yang begitu mendunia. Aduh!
—
*Edited version dari tulisan ini dimuat di rubrik “Insight” Majalah JalanJalan.